Sumur Warisan Belanda di Pangkalpinang Tak Pernah Kering

oleh

Pangkalpinang, Portalbatavia

Sebuah sumur tua di belakang tangsi Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung tak pernah kering airnya meskipun berulangkali dihajar musim kemarau.

Ratusan rumah warga kini mengandalkan sumur itu sebagai sumber air bersih menggunakan sambungan pipa.

Ketua RT01/RW01 Kelurahan Taman Bunga, Edi Suryadi mengatakan, sumur yang menjadi tumpuan banyak warga itu menjadi sumur ajaib yang dirasakan manfaatnya hingga kini.
Warga bebas mengambil air dari sumur tersebut tanpa dipungut biaya.

“Bebas ambil kapan saja. Warga pasang instalasi sendiri seperti pipa dan mesin sedotnya,” kata Suryadi, Kamis (24/8/2023).

Edi mengungkapkan, sumur disebut ajaib karena tidak pernah kering meskipun disedot banyak pipa. Selain itu, kedalaman air sumur terbilang dangkal, berkisar satu meter saja.

Sumur tersebut juga tidak bertemu dengan tanah, tapi bebatuan yang di sela-selanya mengalir mata air.

“Dari atas bisa kita lihat dasarnya bebatuan, sangat dangkal dan airnya jernih,” ujar Edi.

Saat musin kemarau, kata Edi, banyak warga kampung lain yang datang untuk mengambil airnya.

Bahkan asrama polisi yang dulunya bekas asrama Belanda juga menggunakan air sumur tersebut.

“Kalau kami warga belakang tangsi sudah biasa menggunakannya. Tapi kalau lagi musim kering, dari Bukit Merapen dan Jalan Baru datang ambil airnya,” ujar Edi.

Menurut Edi, dirinya telah bermukim di belakang tangsi sejak 1977 menyaksikan langsung berkah air dari sumur yang tak pernah kering.

“Pernah dulu diklaim warga tanah itu punya mereka. Tapi ditolak dan sekarang dimanfaatkan untuk semua warga,” ucap Edi yang dulunya bekerja sebagai karyawan timah.

Sejarawan Bangka Belitung Akhmad Elvian mengatakan, sumur belakang tangsi dibangun orang Eropa atau orang Belanda pada 1913.
Karena dibangun untuk keperluan tentara Belanda, maka sumur batu belakang tangsi disebut juga sumur militer.

“Pembangunan dilakukan seiring pindahnya kantor keresidenan Bangka dari Mentok ke Pangkalpinang,” ujar Elvian yang juga penulis buku Kampoeng di Bangka.
“Sumur yang disebut sumur militer untuk kebutuhan air di kampement v/d Veldpolitie sedangkan untuk air di penjara atau slandsgevangenis dibangun sumur tersendiri di dalam lokasi penjara,” tambah Elvian.

Kawasan tangsi Belanda itu kini berubah menjadi asrama polisi dan gedung Mapolres. Sementara penjara di depannya diambil alih Kementerian Hukum dan HAM sebagai Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak (LPKA).

“Lapangan perkemahan polisi atau tangsi yang kemudian menjadi asrama polisi. Dibangun juga di depan kampement v/d Veldpolitie sebuah bangunan penjara batu kedua, setelah penjara di Mentok. Penjara dalam bahasa Belanda disebut slandsgevangenis,” pungkas mantan kepala dinas pariwisata Pangkalpinang itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.