Bangka, Portalbatavia
Hamparan rerumputan hijau menyambut kedatangan pengunjung di Benteng Tempilang, Bangka Barat, Kepulauan Bangka Belitung.
Tempat pertahanan yang dibangun pada abad ke-18 itu kini menyisakan sebagian dinding dan reruntuhan.
Berbeda dengan kebanyakan benteng yang dibangun di pesisir pantai, maka Benteng Tempilang berlokasi agak jauh ke pedalaman.
Dibutuhkan waktu sekitar 90 menit perjalanan menggunakan minibus dari Pangkalpinang atau sekitar 60 menit dari Mentok, Bangka Barat.
Kawasan benteng yang terlihat saat ini, berukuran kira-kira sebesar lapangan sepakbola. Sebagian dinding dalam benteng masih berdiri. Kemudian ada juga sebagian dinding yang menyerupai tembok pagar.
Pada bagian belakang benteng terdapat perbukitan kecil yang memiliki banyak sisa reruntuhan.
Pembangunan benteng tak lepas dari komoditas timah yang dihasilkan daerah Tempilang sejak berabad lampau. Maka tidak mengherankan, desain benteng tidak hanya sebagai pertahanan tapi juga berfungsi sebagai gudang.
Sejarawan Bangka Belitung Akhmad Elvian mengatakan, benteng berfungsi untuk mengamankan Parit-parit penambangan timah dari penjarahan Bajak Laut dari Siak, Lanun atau Irranun dari Lanoa Mindanau dan Johor Lingga.
“Pembangunan benteng dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Palembang Ahmad Najamuddin 1 Adikesumo pada periode 1757-1776 Masehi. Tumenggung Abang Pahang Dita Menggala meminta izin kepada sultan untuk membuat benteng dan gudang sebagai parit pertahanan,” kata Akhmad Elvian di Pangkalpinang, Sabtu (13/7/2024).
Permohonan itu kemudian dikabulkan oleh Kesultanan Palembang Darussalam dengan dibangunnya benteng-benteng di Belinyu, Tempilang, Biat, Bunut, Bendul, Sungkai, Rambat dan Panji serta pada pangkal-pangkal lainnya di pulau Bangka seperti pangkal yang ada di sungai Antan dan sungai Melaboen serta sungai Saga.
Pada tiap benteng atau kota dipimpin atau dijaga oleh seorang panglima yang diberi gelar atau sebutan Panglima Angin. Benteng benteng dan gudang tersebut kemudian oleh Abang Pahang bergelar Tumenggung Ditamenggala diperkuat dengan meriam dan persenjataan di masing masing bastion atau serlekanya.
“Benteng dan gudang dibangun di Kota Mentok, yaitu Benteng Koto Seribu sekitar tahun 1768, Benteng dan Gudang di Kota Tempilang sekitar tahun 1769,” ujar Elvian yang juga penulis buku berjudul Kampoeng di Bangka.
Elvian mengungkapkan, pembangunan benteng seiring dengan adanya penambahan kontrak dagang timah antara Belanda dengan pihak kesultanan. Maka ketika itu produksi dilakukan secara besar-besaran, termasuk juga medatangkan para pekerja China. Pekerja yang didatangkan umumnya pekerja terampil yang membawa serta teknologi penambangan yang telah digunakan juga di Semenanjung Malaya.
“Dengan adanya komoditas timah yang melimpah, maka faktor keamanan juga diperhatikan salah satunya dibangun benteng Kota Tempilang ini,” jelas Elvian.