Pangkalpinang, Portalbatavia
Pasien dengan gejala penurunan fungsi memori otak atau alzheimer di Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung tidak begitu mudah untuk dilacak.
Pemerintah daerah pun tidak memiliki catatan yang begitu menonjol terhadap gejala yang berkaitan dengan alzheimer.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Pangkalpinang Sihabudin mengatakan, belum ada pendataan spesifik tentang pasien dengan gejala alzheimer.
Hal itu terjadi karena kasusnya tidak menonjol dan tidak menjadi fokus program kerja.
“Untuk penanganan khusus alzheimer belum ada, bahkan laporan juga belum,” kata Sihabudin di Pangkalpinang, Jumat (13/9/2024).
Saat ini fokus pemerintah ditujukan pada kegiatan rutin seperti Posyandu.
Baca juga : Pj Wako Pangkalpinang Budi Utama Menyambut Kunjungan Kerja Wakil Presiden Ma’ruf Amin
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Dinkes Pangkalpinang Widia mengatakan, alzheimer belum diketahui ada kasusnya atau tidak.
Penyakit degeneratif tersebut bahkan tidak termasuk dalam program bidang pengendalian dan pencegahan.
“Kita di bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) menangani tentang penyakit menular dan tidak menular. Untuk penyakit alzheimer penangann tidak ada di bidang kita,” ujar Widia.
Dia mengungkapkan, alzheimer merupakan penyakit lansia.
“Untuk program lansia ada di bidang kesehatan masyarakat. Cuma saya sekarang kurang tahu juga ada tidaknya laporan masuk ke bidang Kesmas,” ujar Widia.
Pantauan Kompas.com pada papan rekapitulasi penyakit di kantor Dinkes Pangkalpinang juga tidak ada laporan tentang alzheimer.
Beberapa laporan yang muncul dan terbilang dominan yakni terkait demam berdarah dengue (DBD) dan sesak nafas atau pneumonia.
Petugas Dinas Kesehatan Pemprov Bangka Belitung Lena mengatakan, gejala spesifik tentang alzheimer memang tidak begitu menonjol.
Bahkan selama 2023 dari tujuh kabupaten/kota di Bangka Belitung hanya tercatat 29 kasus.
Itu pun tidak secara spesifik mengungkapkan tentang alzheimer, melainkan bicara tentang kasus umumnya berupa demensia.
“Kalau pencatatan dan pelaporan di kita, gak ada data khusus alzheimer, yang ada hanya demensia secara umum,” ungkap Lena.
Dokter Saraf Rumah Sakit Bakti Timah (RSBT) Dwi Asep mengatakan, alzheimer umumnya menimpa pasien lanjut usia dengan kondisi penurunan fungsi memori.
“Dominan karena fakfor usia. Umumnya di atas 65 tahun,” ujar Asep.
Pada beberapa kasus juga ditemukan pasien alzheimer yang berumur 40 tahunan, dan 30 tahun pada kondisi tertentu.
“Hindari faktor risiko seperti hipertensi, berolahraga teratur dan rutin perbanyak membaca,” pesan Asep.
Rata-rata dalam sebulan Asep menangani 15 pasien dengan gejala Alzheimer yang dominan terjadi pada perempuan. Praktik medis dilakukan di RSBT dan RS Siloam.
Dokter Bedah Saraf RSUD Soekarno Ferry Kurniawan mengatakan, penanganan pasien alzheimer tidak sampai pada tahap bedah.
“Itu biasanya akumulasi dari beberapa penyakit karena usia, jadi tidak sampai ke bedah saraf,” ujar Ferry.
Tindakan bedah, sambung Ferry, dilakukan untuk pasien stroke, tumor atau pendarahan luka terbuka akibat kecelakaan.