BANGKA, Portal
Kepulauan Bangka Belitung mengalami inflasi 0,46 persen selama periode September 2025, berbalik arah dibandingkan Agustus lalu yang deflasi 0,46 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kepulauan Bangka Belitung Rommy S Tamawiwy mengatakan, inflasi pada September 2025 utamanya disebabkan oleh kenaikan indeks harga kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,14 persen.
“Komoditas utama yang memberikan andil inflasi bulanan yaitu daging ayam ras, cabai merah dan kangkung. Namun demikian, tekanan inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh penurunan harga pada kelompok transportasi sebesar 0,16 persen,” kata Rommy di Pangkalpinang, Jumat (3/10/2025).
Rommy menjelaskan, secara tahunan, Bangka Belitung tercatat mengalami inflasi sebesar 1,82 persen, masih berada di dalam sasaran inflasi nasional sebesar 2,5±1 persen.
“Angka inflasi tahunan ini tercatat lebih rendah dibandingkan dengan nasional sebesar 2,65 persen dan menjadikan Bangka Belitung menjadi provinsi dengan inflasi terendah kedelapan se-nasional,” ujar Rommy.
Inflasi tahunan Bangka Belitung ini didorong oleh kenaikan indeks harga kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 4,89 persen yang disumbang oleh komoditas bawang merah dan beras.
Selain itu, inflasi tahunan juga disebabkan kenaikan harga pada kelompok perawatan pribadi dan Jasa Lainnya yang tercatat sebesar 5,39 persen, utamanya komoditas emas perhiasan.
Tekanan inflasi tahunan lebih lanjut, tertahan oleh kelompok pendidikan yang mengalami deflasi sebesar 12,85 persen.
Rommy mengungkapkan bahwa Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus berupaya memastikan kelancaran distribusi dan ketersediaan stok pangan di Bangka Belitung, sehingga diharapkan stabilitas harga pangan tetap terjaga.
“Salah satu langkah strategis adalah melalui optimalisasi penyerapan produk pertanian lokal yakni Gabah Kering Panen (GKP) oleh Bulog dari Desa Rias Kabupaten Bangka Selatan dan beras dari Kelompok Tani Sinar Tani Kabupaten Belitung Timur,” beber Rommy.
Sementara itu, pengendalian pasokan komoditas pangan lainnya seperti bawang merah juga akan menjadi fokus, seiring dengan kondisi cuaca ekstrem yang diperkirakan akan turut menahan hasil panen bawang merah nantinya.
Guna mendukung keterjangkauan harga bahan pokok, sejak Januari sampai September 2025 telah dilaksanakan 40 kali sidak pasar dan distributor.
Kemudian operasi pasar sebanyak 77 kali dan gerakan pangan murah 50 kali dengan sebaran wilayah berbeda.





