Bangka, Portalbatavia
Sejumlah bahan pokok seperti beras, cabai dan ikan tercatat menjadi penyumbang inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Selama Februari 2024, daerah pemekaran dari Sumatera Selatan itu mengalami inflasi 0,39 persen atau secara tahunan (YoY) 1,86 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Bangka Belitung Rommy Sariu Tamawiwy mengatakan, angka inflasi tahunan lebih rendah dibandingkan angka inflasi nasional yaitu sebesar 2,75 persen, namun meningkat dari bulan sebelumnya 1,21 persen (yoy).
“Angka inflasi Bangka Belitung yang merupakan gabungan 4 kota yaitu Pangkalpinang, Tanjung Pandan, Bangka Barat, dan Belitung Timur, juga merupakan angka inflasi terendah se-Sumatera,” kata Rommy pada awak media, Minggu (3/3/2024).
Rommy mengungkapkan, inflasi bulanan utamanya disumbangkan beras, sigaret kretek mesin, dan angkutan udara.
Secara spasial, Pangkalpinang mengalami inflasi bulanan 0,34 persen (mtm), terutama bersumber dari komoditas beras, cabai merah, dan ikan tenggiri.
Sedangkan secara tahunan angka inflasi 2,42 persen (yoy), terutama bersumber dari komoditas beras, sigaret kretek mesin, dan angkutan udara.
Kabupaten Bangka Barat mengalami inflasi bulanan 0,47 persen (mtm) terutama bersumber dari komoditas beras, tahu mentah, dan kacang panjang. Sedangkan secara tahunan angka inflasi 1,32 persen (yoy) terutama bersumber dari komoditas beras, tahu mentah, dan sawi hijau.
Sementara itu, kota Tanjungpandan mengalami inflasi bulanan 0,57 persen (mtm) terutama bersumber dari beras, ikan kerisi, dan ikan selar. Secara tahunan inflasi 3,14 persen (yoy) bersumber dari komoditas beras, angkutan udara, dan daging ayam ras.
Kabupaten Belitung Timur mengalami inflasi bulanan 0,18 persen (mtm) terutama bersumber dari komoditas beras, udang basah, dan ketimun. Sedangkan secara inflasi 0,25 persen (yoy), terutama bersumber dari komoditas beras, bawang putih, dan daging ayam ras.
“Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di tingkat provinsi dan kabupaten/kota terus memperkuat program pengendalian agar berada di rentang sasaran 2,5+1 persen pada tahun ini,” ujar Rommy.
Langkah pengendalian, lanjut Rommy yakni pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM), pemantauan sidak pasar bersama Tim Satgas Pangan, operasi pasar/pasar murah, dan SPHP Bulog terus dilakukan.
“Untuk menjaga keterjangkauan harga pangan oleh masyarakat, kerja sama antar daerah akan diperluas meningkatkan ketersediaan pasokan pangan,” ujar dia.
Bank Indonesia dan TPID mewaspadai potensi peningkatan tekanan inflasi pada Maret 2024 karena momentum Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti Nyepi, Paskah, Ramadhan serta Idul Fitri 1445 H pada April 2024.
“Ini dapat mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Untuk mengantisipasi hal tersebut, TPID telah memetakan rencana kegiatan operasi pasar, tanam cabai dan bawang serta memastikan fasilitas distribusi pangan,” pungkas Rommy.